Menyusul China, Kasus Pneumonia Anak di Belanda Meningkat
loading...
A
A
A
BELANDA - Belanda melaporkan kasus pneumonia pada anak-anak meningkat usai China . Hal ini menjadikannya sebagai negara kedua yang melaporkan wabah jenis ini.
Institut Penelitian Layanan Kesehatan Belanda (NIVEL), sebuah lembaga penelitian di Utrecht, sekitar 40 km selatan Amsterdam, melaporkan bahwa 80 dari setiap 100 ribu anak berusia antara 5 dan 14 tahun menderita pneumonia pada minggu lalu.
Ini adalah wabah pneumonia terbesar yang pernah dicatat NIVEL dalam beberapa tahun terakhir. Pada puncak musim flu 2022, ketika kasus pneumonia paling umum terjadi, tercatat ada 60 kasus untuk setiap 100 ribu anak dalam kelompok umur tersebut.
Foto/Infografis SINDOnews
Media di Belanda melaporkan bahwa baik NIVEL maupun Institut Nasional untuk Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan, yang setara dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Belanda, tidak dapat memberikan penjelasan mengapa kasus pneumonia di negara itu meningkat.
Dilansir dari The Messenger, Rabu (29/11/2023) kasus pneumonia misterius di China juga mulai menimbulkan kekhawatiran. Laporan pertama muncul pekan lalu bahwa rumah sakit anak-anak di Beijing dan provinsi Liaoning dipenuhi oleh anak-anak yang datang dengan penyakit pneumonia.
Pemerintah China mengatakan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa tidak ada patogen baru yang terdeteksi dalam wabah tersebut. Namun sebaliknya penyakit tersebut disebabkan oleh virus musiman seperti flu dan RSV, serta bakteri mycoplasma pneumoniae.
Selain itu, peraturan ketat terkait Covid-19, yang dicabut pada akhir 2022, membuat masyarakat rentan terhadap virus tahunan ini. Kini, selama musim flu pertama sejak pencabutan lockdown di negara tersebut, populasinya dirusak oleh penyakit yang menyerang setiap tahunnya.
Namun, kebijakan terkait Covid-19 sudah tidak diterapkan lagi di Belanda selama beberapa waktu. Sehingga tidak jelas apa yang menyebabkan lonjakan kasus pneumonia pada tahun ini.
Di sisi lain, beberapa pihak khawatir bahwa pemerintah China menutupi tahap awal epidemi. Negara ini banyak dikritik karena respons awal mereka terhadap penemuan Covid-19 hampir tepat empat tahun yang lalu, dan beberapa orang melihat situasi saat ini sebagai cerminan dari masa lalu.
Institut Penelitian Layanan Kesehatan Belanda (NIVEL), sebuah lembaga penelitian di Utrecht, sekitar 40 km selatan Amsterdam, melaporkan bahwa 80 dari setiap 100 ribu anak berusia antara 5 dan 14 tahun menderita pneumonia pada minggu lalu.
Ini adalah wabah pneumonia terbesar yang pernah dicatat NIVEL dalam beberapa tahun terakhir. Pada puncak musim flu 2022, ketika kasus pneumonia paling umum terjadi, tercatat ada 60 kasus untuk setiap 100 ribu anak dalam kelompok umur tersebut.
Foto/Infografis SINDOnews
Media di Belanda melaporkan bahwa baik NIVEL maupun Institut Nasional untuk Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan, yang setara dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Belanda, tidak dapat memberikan penjelasan mengapa kasus pneumonia di negara itu meningkat.
Dilansir dari The Messenger, Rabu (29/11/2023) kasus pneumonia misterius di China juga mulai menimbulkan kekhawatiran. Laporan pertama muncul pekan lalu bahwa rumah sakit anak-anak di Beijing dan provinsi Liaoning dipenuhi oleh anak-anak yang datang dengan penyakit pneumonia.
Pemerintah China mengatakan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa tidak ada patogen baru yang terdeteksi dalam wabah tersebut. Namun sebaliknya penyakit tersebut disebabkan oleh virus musiman seperti flu dan RSV, serta bakteri mycoplasma pneumoniae.
Selain itu, peraturan ketat terkait Covid-19, yang dicabut pada akhir 2022, membuat masyarakat rentan terhadap virus tahunan ini. Kini, selama musim flu pertama sejak pencabutan lockdown di negara tersebut, populasinya dirusak oleh penyakit yang menyerang setiap tahunnya.
Namun, kebijakan terkait Covid-19 sudah tidak diterapkan lagi di Belanda selama beberapa waktu. Sehingga tidak jelas apa yang menyebabkan lonjakan kasus pneumonia pada tahun ini.
Di sisi lain, beberapa pihak khawatir bahwa pemerintah China menutupi tahap awal epidemi. Negara ini banyak dikritik karena respons awal mereka terhadap penemuan Covid-19 hampir tepat empat tahun yang lalu, dan beberapa orang melihat situasi saat ini sebagai cerminan dari masa lalu.
(dra)